Senin, 16 Februari 2015

Makalah Bimbingan Konseling : Gender dan Seks

Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan dan rahmat-Nya, penyusun dapat menyelesaikan tugas bimbingan konseling tentang ‘Peran Gender’.
Tugas ini disusun dengan tujuan agar kita bisa mengetahui lebih lanjut apa perbedaan gender dan seks, serta peran gender dalam kehidupan sehingga diharapkan tidak terjadi diskriminasi gender.
Dalam penyusunan makalah ini,tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan tugas ini tidak lain berkat bantuan dan bimbingan dari guru pembimbing, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Semoga dengan disusunnya makalah ini, pembaca khususnya teman-teman bisa mendapatkan wawasan yang lebih luas dan dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada teman-teman. Kami sadar bahwa tugas ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu, kepada guru pembimbing kami meminta masukannya agar kami dapat memperbaiki pembuatan tugas ini di masa yang akan datang dan kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Penyusun
Kelompok 3
Daftar Isi
v  Kata Pengantar................................................................ ................................................ii
v  Daftar Isi................................................................ ........................................................iii
v  Lagu Nasional Indonesia-Garuda Pancasila................................................................1
v  Pembahasan :
A.   Indentitas Jenis Kelamin................................................................
B.    Gender dan Seks................................................................
C.    Peran Gender................................................................
D.   Diskriminasi Gender................................................................
E.    Kekerasan dan Pelecehan Seksual................................................................
v  Daftar Pustaka................................................................




Gender dan Seks

Seseorang disebut laki-laki atau perempuan karena memiliki ciri-ciri biologis atau ciri-ciri fisik tertentu. Oleh karena itu, pembedaan menurut ciri-ciri biologis ini disebut pula pembedaan menurut jenis kelamin atau seks.
Seks adalah pembedaan jenis kelamin yang telah ditentukan oleh Tuhan (kodrat Tuhan). Dengan demikian fungsinya tidak dapat diubah. Karena seks, maka seseorang disebut sebagai perempuan atau laki-laki. Secara biologis, setiap orang telah memilikinya sejak lahir, dan hal tersebut tidak berubah. Contoh: hanya perempuan yang bisa hamil dan melahirkan, dan hanya laki-laki yang memproduksi sperma. Pembedaan berdasarkan ciri-ciri biologis ini berlaku sejak manusia ada dan akan berlangsung sampai kapan pun, dimana pun, dan berlaku bagi siapapun, tanpa memandang suku, agama, ras, atau golongan.

Selain menurut ciri-ciri biologis, pembedaan antara laki-laki dan perempuan juga juga dilihat menurut peran dan tanggung jawab yang ditetapkan masyarakat, inilah yang disebut gender.
Konsep gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Misalnya, laki-laki itu kuat, rasional, perkasa. Sedangkan perempuan itu lembut, lebih berperasaan, dan keibuan. Ciri-ciri tersebut sebenarnya bisa dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang lembut dan lebih berperasaan. Demikian juga ada perempuan yang kuat, rasional, dan perkasa. Perubahan ini dapat terjadi dari waktu ke waktu dan bisa berbeda di masing-masing tempat. Segala hal yang dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki, yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta berbeda dari suatu kelas ke kelas yang lain, komunitas ke komunitas yang lain.
Gender tidak identik dengan seks. Peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan dapat dipertukarkan atau berganti sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Pembedaan peran dan tanggung jawab berdasarkan gender juga bukanlah suatu ketentuan yang berdasarkan kodrat Tuhan, melainkan hasil sosialisasi melalui sejarah yang panjang. Misalnya pandangan bahwa laki-laki itu lebih mengutamakan rasio dan perempuan sebaliknya, lebih mengutamakan emosi daripada rasio. Pandangan tersebut bukanlah ketentuan atau kodrat Tuhan, melainkan sesuatu yang umum ada di masyarakat. Pada kenyataannya, ada perempuan yang rasional dan ada pula laki-laki yang emosional. Peran dan tanggung jawab tersebut dapat ditukar atau diubah sesuai tempat, waktu, dan kondisi lingkungan sosial.
Berikut perbedaan gender dan seks.
Gender
Seks
Dapat di ubah
Tidak dapat di ubah
Dapat di pertukarkan
Tidak dapat di pertukarkan
Tergantung kepada kebudayaan
Berlaku sepanjang masa
Tergantung pada budaya setempat
Berlaku dimanapun berada
Bukan merupakan kodrat Tuhan
Merupakan kodrat Tuhan
Buatan Masyarakat (Manusia)
Ciptaan Tuhan
Berbeda antara satu kelas dengan kelas lainnya.
Berlaku bagi kelas apa saja

Dari perbedaan di atas, diperoleh kesimpulan bahwa seks bersifat kodrati (pemberian dari Tuhan) dan tidak dapat diubah, sedangkan gender berasal dari masyarakat dan dapat diubah.
Sebagaimana diungkapkan sebelumnya, pembedaan peran serta tanggung jawab laki-laki dan perempuan menurut gender berasal dari masyarakat dan melalui proses sosialisasi yang panjang. Yang menjadi agen (sumber belajar) bagi proses sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.
1.     Media massa, seperti radio, televisi, buku, majalah, surat kabar, dan internet.
2.    Lingkungan sosial, seperti guru, teman, dan keluarga.
3.    Budaya, seperti adat, mitos, dan dongeng.
Meskipun pembedaaan peran dan tanggung jawab menurut gender tidak bersifat menetap dan bukan kodrati, namun lama-kelamaan sesuai dengan perubahan zaman, masyarakat memandang gender sebagai sebuah ketentuan sosial yang harus dijalankan, bahkan dianggap sebagai kodrat Tuhan yang tidak boleh dilanggar. Misalnya, pandangan bahwa perempuan tidak memerlukan laki-laki, perempuan dapat hidup mandiri, atau permepuan juga berhak menjadi pemimpin dalam rumah tangga.


Peran Gender
Pembedaan peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan menurut gender berjalan dari tahun ke tahun. Lama kelamaan, masyarakat tidak lagi mengenali mana yang seks dan mana yang gender. Akhirnya terciptalah pembagian gender yang membentuk peran gender dan diyakini sebagai ketentuan sosial.
Menurut Theodore Sarbin dalam buku The Handbook of Social Psychology, peran asalah tingkah laku yang diharapkan dapat ditampilkan oleh sesorang dalam interaksi sosial dimana ia berada.
Terkait dengan jenis kelamin, peran seseorang yaitu menerima dan mengembangkan peran serta kemampuan tertentu sesuai dengan jenis kelaminnya. Peran ini berkaitan erat dengan ciri-ciri biologis seseorang.
Berkaitan dengan peran tersebut, masyarakat kemudian memandang adanya perbedaan sifat dan peran pada laki-laki dan perempuan sesuai dengan harapan masyarakat. Perbedaan sifat dan peran yang diharapkan oleh masyarakat inilah yang kemudian berkembang menjadi sifat dan peran yang dituntut oleh masyarakat untuk ada pada seorang laki-laki atau perempuan atau yang lebih dikenal dengan peran gender.
Berikut pembagian peran gender antara laki-laki dan perempuan.

No
Laki-laki
Perempuan
1
Produktif.
Reproduktif
2
Mengatur peran publik/ umum seperti pemerintahan.
Mengatur peran yang sifatnya berkaitan dengan rumah tangga/ domestik.
3
Bersifat maskulin/ jantan.
Bersifat feminim/kewanitaan
4
Pencari nafkah utama.
Pencari nafkah tambahan.


Diskriminasi Gender
Diskriminasi gender pada dasarnya adalah pembedaan, penyingkiran, pembatasan, atau sikap pilih kasih yang dilakukan seseorang kepada orang lain karena alasan jenis kelamin. Diskriminasi gende rmengakibatkan penolakan atas pengakuan dan keterlibatan sesorang dalam suatu aktivitas atau organisasi, serta pelanggaran atas hak asasinya dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Diskriminasi gender dapat terjadi dalam berbagai cara, yaitu :
1.     Diskriminasi secara langsung, terjadi jika seseorang diperlakukan berbeda secara terbukan dan langsung sebagai akibat erilaku, sikap, atau aturan.
2.    Diskriminasi secara tidak langsung, terjadi jika suatu peraturan atau kebijakan yang bersifat umum namun berakibat positif bagi kelompok atau jenis kelamin tertentu dan berakibat negatif bagi kelompok atau jenis kelamin lainnya.
3.    Diskriminasi sistemik, terjadi sebagai hasil ketidakadilan yang berawal dari sejarah, adat, norma atau struktur masyarakat secara turun-temurun.
Diskriminasi yang bersumber pada keyakinan gender di masyarakat disebabkan karena berbagai hal seperti perbedaan warna kulit, kekayaan, atau kelas sosial. Contohnya adalah sebagai berikut.

Keyakinan gender
Bentuk diskriminasi
Perempuan bersifat lembut, keibuan, dan emosional.
Tidak boleh jadi manajer atau pemimpin.
Pekerjaan utama perempuan adalah dirumah dan kalaupun bekerja hanya untuk membantu suami atau mencari tambahan penghasilan belaka.
Perempuan boleh dibayar lebih rendah karena hanya untuk mencari penghasilan tambahan dan tidak perlu ditaruh dalam posisi penting.
Laki-laki memiliki watak tegas dan rasional.
Pantas memimpin, serta tidak pantas berada di rumah untuk melakukan pekerjaan seerti memasak dan mencuci.
Setinggi apapun pendidikan perempuan, pada akhirnya akan ke dapur juga.
Pendidikan anak laki-laki perlu diutamakan dibanding dengan anak perempuan.

Bagaimana pengaruh diskriminasi gender dalam kehidupan remaja? Beberapa kenyataan penting dalam kehidupan remaja sebagai implikasi adanya perbedaan atau diskriminasi gender antara lain :
·         Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan antara laki-laki dan perempuan belum merata, terutama pada masyarakat menengah ke bawah.
·         Lebih banyak batasan yang diberikan kepada remaja perempuan daripada remaja laki-laki, sehingga peluang atau kesempatan bagi perempuan untuk berpartisipasi semakin terbatas.
·         Remaja perempuan belum bisa bersikap tegas.
·         Anak perempuan dalam keluarga lebih banyak mendapatkan tugas-tugas kerumah-tanggan dibandingkan saudara laki-lakinya.
·         Laki-laki tidak boleh menangis karena menangis dianggap sebagai cara ‘cengeng’, namun pada dasarnya laki-laki juga membutuhkan cara untuk menyalurkan emosi.
·         Perempuan tidak boleh mengekspresikan perasaannya karena dianggap ‘murahan’ dan terlalu agresif.

Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar